Wartanad.id - Aceh besar - Suasana pagi itu terasa khidmat. Matahari baru saja menembus celah awan, menerangi halaman posko pemenangan MBS 04 di Lambaro, Kecamatan Ingin Jaya. Para relawan, kader, dan simpatisan telah memenuhi lokasi sejak subuh. Hari itu istimewa, sebab Abu H. Athaillah Ishak Al-Amiry, lebih dikenal sebagai Abu Ulee Titi, datang untuk mempeusijuk posko sekaligus Tgk. Musannif Sanusi sebagai calon Bupati Aceh Besar.
"Bek lage gob. Beu keubit!" Ucapan itu terngiang dalam hati mereka yang hadir. Sebuah pesan sederhana dari Abu, tapi penuh makna.
Mengundang Abu: Kisah di Balik Layar, Awalnya, Tgk. Musannif merasa berat untuk langsung mengundang Abu. Posko ini, letaknya dekat dengan Dayah Ulee Titi. Tapi rasa sungkan menyelimuti.
"Bek hana ta brie thee Abu," kata salah seorang alumni dayah Ulee Titi, Abu Muhammad Leubok. Ia meyakinkan, bahwa tak elok jika tak mengundang ulama besar seperti Abu.
Abu Muhammad pun dikirim sebagai utusan. Di suatu pagi, setelah janji bertemu, ia menyampaikan undangan kepada Abu. Tak disangka, jawaban Abu di luar dugaan:
"Meunyoe keunan, adak na undangan pat laen, payah tinggai, untuk tajak keunan."
Kelegaan menyelimuti hati Abu Muhammad. Tugasnya selesai, dan lebih dari itu, sambutan Abu sangat bersahabat.
Firasat Abu dan Prosesi Peusijuk. Syahdan, Ketika Abu tiba, ia langsung menanyakan perangkat peusijuk khas Aceh. Ini mengejutkan panitia. Awalnya, Abu hanya diundang sebagai tamu istimewa, bukan untuk memimpin prosesi peusijuk. Namun, dengan firasat yang tajam, Abu justru meminta dilakukan peusijuk kepada Tgk. Musannif dan posko pemenangan.
Peusijuk dimulai. Abu dengan tenang memercikkan air doa kepada Tgk. Musannif. Seluruh hadirin mengamini doa Abu yang panjang dan penuh harapan.
Abu dan Pesan Moral. Usai prosesi peusijuk, Abu berpesan dengan gaya khasnya. Nada bicaranya lembut dan bersahaja serta menyejukkan. "Beu keubit kerja, dan bek ikot2 lage gob," ujarnya. Ia mengingatkan Tgk. Musannif untuk menjaga niat baik, menghindari hal-hal buruk, dan tetap bekerja keras demi perubahan yang hakiki.
Yang menarik, hingga kini, belum ada posko kandidat lain yang dipeusijuk oleh Abu. Ini menciptakan spekulasi, tetapi Abu tetap menjaga wibawanya, tidak menunjukkan keberpihakan secara gamblang. Namun dapat diketahui arahnya.
Khatimah, Peusijuk bukan sekadar tradisi. Ia adalah simbol keberkahan, restu, dan doa.
Dalam konteks ini, kehadiran Abu Ulee Titi memberikan legitimasi spiritual dan moral bagi perjuangan MBS 04.